Senin, 03 Mei 2010

MUAY THAI

Sejarah Singkat Muaythai


muay thai111145828 std 150x150 Sejarah Singkat MuaythaiMuaythai atau Thai Boxing berkembang sejak hampir 1000 tahun yang lalu di Thailand dan telah menjadi olahraga nasional bangsa Thailand. Asal mula olahraga ini bernama Krabbi Krabbong. Pada masa pemerintahan Raja Phra Cao Sua (1702), yang juga dikenal dengan “Tiger King”, beliau mengajarkan Muaythai pada seluruh bala tentaranya. Raja sangat mencintai Muaythai.

Tahun 1774 telah dikenal petarung bernama Nai Khanom Tom, karena perangnya melawan Burma. Waktu itu ia tertangkap bersama dengan beberapa orang dari kota Siam (sekarang Thailand) yang bernama Ayyuthaya, lalu dipenjara di Burma. Nai Khanom Tom adalah petarung hebat pada masanya. Ia mewakili teman-temannya dalam sebuah kontes pertarungan yang diadakan Raja Mangra. Tanpa halangan ia pun berhasil mengalahkan sepuluh petarung terbaik Burma sekaligus dengan tangan kosong. Setelah itu Raja memberikan kebebasan sebagai hadiahnya, dan ia pun kembali ke Ayyuthaya sebagai seorang pahlawan.

Sejak itu seluruh tentara di Thailand berlatih untuk menggunakan Muaythai sebagai bekal apabila mereka perang jarak dekat tanpa senjata. Sejarah tersebut telah melegenda di seluruh pelosok dan menjadi bagian dari kebudayaan Thailand. Sekarang semua orang di Thailand sangat akrab dengan olahraga Muaythai ini sejak masih anak-anak. Bahkan disetiap desa sering melakukan kejuaraan-kejuaraan untuk mempunyai juara-juara yang tangguh.

Memadukan tehnik tendangan, sapuan kaki, lompatan, tehnik siku dan pukulan yang benar-benar ampuh. Bagi yang pernah nonton film Ong Bak pasti kenal ilmu bela diri ini. Disitu Tony Jaa memainkan Muay Thai tanpa trik-trik atau tipuan kayak film-film silat Hongkong.

MERANTAU

MERANTAU AND ONG BAK


Siap-siap untuk menyaksikan film laga paling heboh di tahun 2009 ini. Kenapa heboh, karena bisa dibilang ini adalah satu-satunya film laga Indonesia. Yep, setelah lama mati suri, akhirnya ada juga film negri sendiri yang tak berkisah tentang hantu & cinta-cintaan remaja.

Merantau judul film besutan sineas Inggris, Gareth Evans ini. Ups, ini satu hal yang harusnya membuat para sineas Indonesia malu. Karena film laga ini muncul dari ide dan disutradari sendiri oleh orang luar.

Merantau sendiri sesuai dengan judulnya, Anda bisa tebaklah, berkisah tentang tradisi turun-temurun di masyarakat Minangkabau dimana seorang laki-laki musti membuktikan kedewasaan dirinya dengan pergi dari kampung halamannya untuk mencari pengalaman hidup. Begitu juga yang dilakoni oleh Yuda (Iko Uwais). Saat waktunya tiba, Yuda harus meninggalkan kampung halamannya menuju Jakarta.

Setibanya di Jakarta, Yuda menyaksikan sepak terjang sindikat perdagangan manusia saat menculik seorang gadis, Astri (Sisca Jessica). Tanpa babibu, Yudha yang ternyata jago silat Harimau berhasil menyelamatkan Astri. Tak terima dengan kegagalan anak buahnya, boss sindikat memutuskan untuk mengejar Yudha dan Astri. Aksi kejar-kejaran dipenuhi aksi baku hantam pun memenuhi film ini.

Terdengar klasik ya?

Yup, secara cerita memang film ini tak terlalu istimewa. Kebetulan kita belum bisa menyaksikan keseluruhan filmnya, karena berdasarkan informasi di situs resminya, Merantau baru akan dirilis tanggal 6 Agustus 2009, mundur dari rencana awal 30 April 2009.

Sejauh ini, kita hanya bisa dapatkan gambaran seperti apa serunya film ini dari trailer yang sudah dan behind the scenes yang ada di Twitch.com maupun di situs resmi film Merantau juga di Facebook.

Ong Bak

Ong Bak

Namun, yang teristimewa dari film ini adalah aksi yang dihadirkan. Aksi dalam Merantau lebih mirip film Hongkong dibandingkan film-film laga Indonesia yang ada selama ini. Meski berbasis Pencak Silat, namun penonton akan sulit membedakan aksi Yuda dalam menghajar lawan-lawannya dengan gaya jagoan kung-fu atau karate. Bahkan, bagi Anda yang pernah menyaksikan film Ong Bak asal Thailand, Anda akan temukan banyak kemiripan gaya di sana.

Adegan pertarungan di jembatan busway, pengejaran di area konstruksi, juga kejar-kejaran di atap gedung serta pertarungan di atas container adalah beberapa contoh adegan yang mirip dengan adegan dalam film Ong Bak. Tak jelas apakah memang hal ini disengaja atau kebetulan semata.

Juga adegan saat Yuda musti menghindari tendangan beruntun dari lawan-lawannya dengan posisi terbalik dengan tangan bertumpuan pada sofa, amat mirip dengan gaya bertarung dalam film-film Jackie Chan.

Berbagai kemiripan ini sepertinya bisa dimaklumi jika melihat latar belakang dari sang sutradara. Gareth Evans dalam salah satu wawancara yang ada di Behind The Scenes Merantau mengakui bahwa dia seorang penggemar film laga. Dia bukan praktisi bela diri, hanya seorang yang menyukai film laga, dan ingin membuat film laga yang enak ditonton. Kebetulan karena dia juga mempunyai minat terhadap Pencak Silat, maka muncul lah ide film laga mengenai silat.

Awalnya, Gareth Evans berada di Indonesia dalam rangka membuat film dokumenter tentang Pencak Silat. Di mana dia berkenalan dengan berbagai aliran silat di berbagai daerah, antara lain Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat dan sebagainya. Salah satu aliran yang memikat hatinya adalah Silat Harimau. Di saat pembuatan film dokumenter ini pula lah Gareth berkenalan dengan Iko Uwais, yang merupakan salah satu praktisi Silat Tiga Berantai dengan reputasi dunia. Iko adalah atlet pencak silat yang telah memenangi kejuaran dunia.

Meski demikian, film ini tetap patut diacungi jempol. Selain dari keunikan pemilihan basis beladiri yang tak banyak diekspos sebelumnya, juga dari segi sinematografi yang revolusioner untuk ukuran film Indonesia. Yang menjadikan film Indonesia layak untuk bersaing dengan film-film laga internasional.

Kita tunggu saja gebrakan film Merantau ini saat tayang di bioskop pada bulan Agustus mendatang. Akankah sanggup mengembalikan kejayaan film laga Indonesia di tengah serbuan film-film horor & cinta remaja? Semoga saja.

minuman alkhohol bikin loyo


Kebiasaan minum minuman keras atau menelan sejumlah besar bir atau anggur ternyata dapat menghilangkan tenaga. Padahal, sering terdengar, minuman beralkohol digunakan sebagai pembangkit gairah sebelum melakukan hubungan seks. Banyak iklan di pelbagai media cetak mengiklankan produk minuman keras dapat menimbulkan kesan hangat, penuh cinta dan seksi.

Menurut Dr Eugene Schoenfeld dari San Fransisco dan penulis pada kolom Dr Hippocrates di berbagai surat kabar Amerika, alkohol memang merupakan contoh obat yang begitu luas digunakan, tapi jangan dianggap semata sebagai obat. “Dalam dosis yang lebih besar, terjadi depresi dan perlambatan refleks. Stimulasi akibat alkohol sebenarnya disebabkan pelepasan hambatan-hambatan yang ada,” tulisnya seperti dikutip dari buku Nutrisi Seksual (Sexual Nutirition) yang ditulis oleh DR Morton Walker.

Dr Eugene Schoenfeld mengatakan, kebiasaan minum minuman beralkhohol menyebabkan hati menghasilkan sejumlah besar enzim yang dapat menghancurkan testosteron, hormon pembangkit libido pria. Sebuah riset dari universitas di California menunjukkan bahwa kebanyakan pria tidak bisa ereksi setelah meminum tiga kali minuman keras yang masing-masing dosisnya 1 ons. Karena alkohol mengurangi produksi testosteron, kebiasaan minum yang berat dapat menyebabkan impotensi permanen, bahkan kecenderungan mandul pada pria.

Kendati demikian, beberapa orang dengan karakter pribadi yang kuat masih bisa ereksi meskipun dalam keadaan mabuk berat. Ahli riset seksual, dr CW Sheppard dan dr GR Gay menyimpulkan, dengan mempertimbangkan adanya keraguan dalam manfaat dari penggunaan yang berlebihan, tidak masuk akal juga untuk menggunakan stimulan dari bahan-bahan yang mengandung alkohol.

“Seseorang yang tak dapat bereaksi terhadap stimulasi psikoseksual biasa seharusnya mencari bantuan profesional. Pada umumnya, minuman keras hanya memberikan kekecewaan, bukan pada perbaikan seksual,” tulis Sheppard dan Gray dalam laporannya yang dimuat dalam Journal of Abnormal Psychology.

Masih dalam laporan yang ditulis Shepperd dan Gray, dikatakan bahwa orang yang minum alkohol, semangatnya dapat naik, tapi penisnya hanya naik sementara saja, ereksinya pun hanya setengah keras. Dampak sebenarnya dari alkohol dalam segala bentuknya, wiski, anggur dan bir, dapat menjadikan penis lembek alias loyo. Semakin mabuk, semakin lembek.

Bagaimana dengan wanita? Beberapa wanita mengatakan, efek minuman keras dapat membuat gairah menjadi naik. Menurut penelitian psikolog dr G T Wilson dan dr D M Lawson, para wanita itu lebih cepat mabuk dan mabuk lebih lama dibandingkan dengan pria. Wanita lebih cepat menyerap alkohol dan lebih dulu menahannya dalam darah daripada pria. Akibatnya, dapat membahayakan janin.

Percobaan yang disebut Fetal Alcohol Syndrome (FAS), sindroma alkohol janin yang dilakukan para ahli di University of North Carolina, mengatakan, gangguan pada janin sudah dapat terjadi pada tiga minggu kehamilan, jauh sebelum wanitanya sendiri sadar dirinya hamil.

Sabtu, 01 Mei 2010











ong bak merupakan film thailand yang sukses di berbagai negara.

Tien (Tony Jaa) adalah seorang putra Jendral yang terpaksa harus melihat kedua orang tuanya dibantai Lord Rajsena yang ingin menguasai seluruh negeri. Tien yang berhasil lolos dari pembantaian kemudian ditangkap oleh pedagang budak yang bermaksud menjualnya pada para bangsawan.

Sebelum Tien sempat dijual sebagai budak, seorang pria bernama Chernang yang kemudian menculik Tien. Chernang kemudian mengajarkan bermacam jenis bela diri pada Tien. Bertahun kemudian, Tien yang menguasai berbagai macam bela diri kemudian diangkat sebagai ketua kelompok yang sebelumnya dipimpin oleh Chernang.

Suatu ketika, secara tak sengaja, Tien melihat sebuah pengumuman bahwa Lord Rajsena sedang mencari petarung terbaik untuk menjadi pengawalnya. Tien dengan mudah dapat melewati ujian ini dan berhasil menjadi orang kepercayaan Lord Rajsena. Kini Tien punya kesempatan untuk membalas dendam kematian kedua orang tuanya. Namun bila tak hati-hati maka nyawa Tien sendiri yang akan menjadi korban.

Sebenarnya tak banyak yang dijanjikan oleh film yang disutradarai oleh Tony Jaa ini. Ide cerita masih seputar heroisme ala film-film Shaw Brothers bahkan nyaris tanpa sentuhan apapun. Malah bisa dibilang ide cerita film ini tak jauh dari cerita drama televisi yang hanya menjual 'emosi' pada penonton tanpa ada kedalaman cerita atau karakter. Artinya, penonton akan 'dipaksa' untuk mencintai sang tokoh protagonis dan membenci tokoh antagonis dengan berbekal alasan-alasan klasik.

Sebenarnya tak ada yang salah dengan ide cerita ini selama dari sisi visual masih ada yang mengimbanginya. Beberapa film laga juga mengusung ide cerita yang kurang lebih sama namun mereka berhasil tampil dengan baik karena koreografi tarung yang fresh, special effect yang memukau atau permainan sudut pengambilan gambar yang baik. Sayangnya, itu semua tak ada dalam film yang satu ini.

Sudut pengambilan gambar terasa datar dan bahkan editing terasa terpotong-potong sehingga alur dari satu adegan ke adegan yang lain terasa tersendat-sendat. Akibatnya, jalan cerita yang memang kurang kokoh jadi terasa makin lemah. Apa lagi karakter masing-masing pemerannya juga tak terlalu dalam sehingga kesan artifisial sangat terasa sekali.

Koreografi tarung yang diharap mampu menjadi sebuah suguhan yang memuaskan pun gagal menjadi daya tarik. Pengambilan gambar dari jarak jauh sementara beberapa pemeran tampak sedang 'menunggu giliran' bertarung malah semakin memperburuk performa film ini. Sebenarnya dengan editing yang baik dikombinasi dengan pengambilan gambar dari jarak dekat akan sedikit menolong koreografi tarung film ini. Tentunya itu membutuhkan seorang sutradara yang cukup jeli.

Singkatnya, film ini gagal menyajikan sebuah tontonan yang benar-benar bisa dinikmati dan meski ending film dibuat 'terbuka', tak ada rasa penasaran yang cukup kuat untuk menonton kelanjutan dari film yang sebenarnya adalah prekuel dari film berjudul ONG BAK ini. (kpl/roc)
Dibuat tanggal : 2010-05-01 14:50:21

Kali ini saya menulis tentang film thailand dengan genre yang hampir mirip dengan IP Man film yang disuguhi dengan aksi laga kalau IP Man banyak kungfu kalau Ong Bak lebih martial art thailand. Film ini merupakan lanjutan dari seri sebelumnya yaitu Ong Bak 2. Pada Ong Bak 2 menceritakan Tien (Tony Jaa) yang berlajar bela diri dengan para pembunuh bayaran yang tidak lain adalah pembunuh orang tuanya. Kemudian Tien bertarung dengan pembunuh berbaju hitam dan dia kahirnya mengetahui bahwa pembunuh orang tua nya adalah seseorang yang dia sudah anggap sebagai orang tua angkatnya yang tidak lain adalah ketua para pembunuh bayaran.

Pada Ong Bak 3 diceritakan setelah Tien dikepung pada akhir film Ong Bak 3, kehabisan tenaga dan kehilangan kemampuan bertarung sesudah ayah angkatnya meninggal di Jurang Sayap Garuda. Seperti apa yang dibilang oleh Raja yang telah menyuruh pembunuh membunuh ayahnya bahwa Tien tidak langsung dihabisi nyawanya tetapi disiksa perlahan-lahan. Tetapi Tien hidup kembali sesudah dinyatakan mati, berkat bantuan Pim (Primrata Dechudom), Mhen (Petchai Wongkamlao) dan para penduduk desa Kana Khone yang membatu Tian, akhirnya ia mengalami reinkarnasi atau hidup kembali. Ia lalu mendalami meditasi yang dipandu Prha Bua (Nirutti Sirijuanya) sehingga mencapai 'Nathayut' atau bisa diartikan memasukkan insting binatang yang buas untuk membalas dendamnya.

Kemampuan tarung Tie kembali diuji saat menghadapi lawan-lawannya yaitu Golden-Armored King's Guard (Supakorn 'Tok' Kijusuwan), the mysterious killers in black, and Bhuti Sangkha (Dan Chupong) sang hantu gagak di film kedua (poster di bawah adalah Tien vs Hantu Gagak hak3).

Directed by : Tony Jaa, Panna Rittikrai
Produced by : Tony Jaa, Panna Rittikrai
Written by : Tony Jaa, Panna Rittikrai
Starring

Tony Jaa atau Tatchakorn Yeerum (bahasa Thai: ทัชชกร ยีรัมย์; atau dahulu Panom Yeerum (bahasa Thai: พนม ยีรัมย์; IPA: [pʰanom jiːrɑm]) (lahir 5 Februari, 1976 di Provinsi Surin, Isaan, Thailand) adalah aktor laga beladiri Muay Thai.

Lahir di provinsi Surin , Tony Jaa tumbuh dipedesaan. Ia sering menyaksikan film dari beberapa aktor laga hebat seperti Bruce Lee, Jet Li, dan Jacky Chan. Ia sangat suka meniru-niru adegan beladiri yang ditontonnya di film tersebut lalu mempraktekkannya di sawah milik ayahnya atau saat ia memandikan gajah milik keluarga dan melakukan jungkir balik dari punggung gajahnya ke sungai.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Film Pertama

Dia mulanya bekerja di Muay Thai Stunt yang dipegang oleh Panna Rittikrai perodusernya dan sering sekali menjadi peran pengganti dalam beberapa film yang digarap oleh Panna Rittikrai.

Tony Jaa dikirim oleh Panna Rittikrai belajar seni beladiri Muay Thai , ia belajar selama 6 tahun Akhirnya Tony Jaa siap untuk membintangi film pertamanya yang sangat mengesankan Ong Bak:Muay Thai Warrior di Tahun 2003 film inilah yang mengangkat dia menjadi salah satu bintang beladiri Asia populer

Dalam film ini ia tidak menggunakan efek khusus komputer. Semua gerakan dilakukannya sendiri. Gerakannya adalah perpaduan akrobatik, tarian, kecepatan, dan beladiri. Ia sering mengalami keseleo lutut dan sendi suatu adegan dalam film tersebut saat celana terbakar menyebabkan bulu mata, alis dan hidungnya terluka.

Lain-Lain

Film kedua dari Tony adalah Tom-Yum-Goong yang juga sukses di Thailand dan Hongkong dan mengambil setting di Sydney, Australia.

Kemampuan Tony

Selain mempelajari seni beladiri Muay Thai , dia juga menguasai Aikido , Pencak Silat , Capoeira , Taekwondo , dan Wushu ia juga dapat berbicara bahasa Inggris walaupun belum bagaimana bagus.

ong bak 2:thailand movie.


Ong Bak 2 merupakan film action/martial art buatan Thailand dengan bintang laga Tony Jaa, biarpun berjudul Ong Bak 2, tetapi film ini bukan sequel dari Ong Bak: Muay Thai Warrior (2003), tapi justru merupakan prequel (cerita sebelumnya).

Kisahnya juga nggak rumit-rumit banget, bermula dari upaya penyelamatan seorang anak bernama Tien, yang akhirnya bertemu dengan sekelompok bandit dengan kemampuan martial art yang tinggi, Tien kemudian dilatih untuk menjadi pemimpin berikutnya kelompok tersebut. Selanjutnya banyak terjadi flashback, bahwa Tien kecil dikirim untuk belajar nari, lalu orangtua Tien dibunuh oleh pemberontak kerajaan.

Tien yang sudah sakti, bertekad balas dendam atas kematian ortunya, kalo kata Julius Caesar: saya datang, saya lihat, saya menang (veni vidi vici), kalo Tien: Saya datang, saya lihat, saya hajar, dan saya kalah! Yaaa.. udah capek-capek hajar puluhan orang sana-sini, sampai dibantuin gajah segala, tau-taunya keok... dan lebih parahnya lagi, muncul tulisan di layar bioskop "periksa barang bawaan anda sebelum meninggalkan gedung pertunjukan" alias the end!

Ong Bak 2 rencananya akan bersambung ke Ong Bak 3, jadi walaupun endingnya nggak banget, terpaksa harus tetap ditonton bagi yang pengen nonton Ong Bak 3 nanti. Jadi sekarang saya ceritakan bagus-bagusnya dulu, supaya masih niat nonton Ong Bak 2.

1. Brantemnya masih seru, banyak teknik baru yang belum pernah diperlihatkan Tony Jaa di film-film sebelumnya. Misalnya teknik kuncian armbar dan teknik lain yang sering diperagakan aliran jiu-jitsu dan kompetisi martial art, jurus mabuk, jurus jalan di atas gajah (kalo di Ong Bak yang pertama, sudah didemonstrasikan jurus jalan di atas orang), dan penggunaan beragam senjata. Pokoknya (masih) seru deh.

2. Filmnya cukup berseni, walaupun mungkin subyektif. Tapi sinematografinya mengingatkan saya dengan film 300, sepertinya Ong Bak 2 memang diarahkan seperti film komik, mungkin bisa jadi inspirasi sineas Indonesia untuk membuat film dengan pendekatan yang sama, saya bayangkan kalo ada film Si Buta Dari Goa Hantu dengan nuansa seperti 300 atau Ong Bak 2, pasti keren dan membanggakan, asal jangan ngasal ngejiplak karena banyak unsur-unsur budaya Indonesia yang bisa ditampilkan, termasuk martial art-nya.

3. Tony Jaa tampil dengan rambut gondrong sepundak, jadi lebih garang tongkrongannya.

Tapi supaya adil, saya tampilkan juga jelek-jeleknya (rupanya masih ada yang jelek selain ending yang ngegantung).

1. Nggak ada musuh yang mengesankan, kalo seperti Ong Bak yang pertama, kan ada musuh yang jago thai boxing, di Tom Yum Goong lebih asyik lagi, ada capoeira fighter, wushu fighter, sampai wrestler. Sebenernya ada sih musuh yang keren di Ong Bak 2, tapi baru nongol di akhir film, yaitu ninja yang mengalahkan Tony Jaa... eh, Tien, di atas gajah.

2. Banyak adegan yang ngebosenin, seperti adegan nari-nari, terlalu panjaaanng dan kesannya seperti memperpanjang film supaya bisa nyambung ke Ong Bak 3 (Ong Bak 3 baru direncanakan setelah pembuatan Ong Bak 2 sudah harus kejar tayang).

Ong Bak 2 ini kalau dilihat, sebenarnya kurang nyambung dengan Ong Bak, dan terlalu dipaksakan berjudul Ong Bak 2, mungkin dengan pertimbangan bisnis mengingat Ong Bak yang sukses di pasaran. Kalau tertarik melihat beberapa klip pembuatan Ong Bak 2, bisa dilihat di http://tonyjaa.blog.fr atau youtube.com. Secara keseluruhan, menurut saya masih lebih bagus Ong Bak: Muay Thai Warrior atau Tom Yum Goong (terutama adegan laganya, itu kan alasan kita nonton film Tony Jaa?), mudah-mudahan Ong Bak 3 yang rencananya akan keluar akhir 2009 dapat lebih mantap lagi.

New Film Ong Bak 3 (2010)


Credits

Produced by Tony Jaa & Panna Rittikrai
Written by Tony Jaa & Panna Rittikrai & Kongdej Jaturanrasamee
Directed by Tony Jaa


Cast

Tony Jaa
Saranyu Wonggrajang
Supakorn ' Tok' Kijusuwan
Dan Chupong
Primrata Dechudom
Petchai Wongkamlao
Nirutti Sirijanya

Sinopsis

Legenda ketiga Ong Bak dimulai mengikuti ending film kedua, setelah Tien (Tony Jaa) kehilangan kemampuan tarungnya bersamaan dengan meninggalnya ayah tirinya di Jurang Sayap Garuda. Tien akan mengalami penyiksaan habis-habisan sampai mati perlahan-lahan. Lewat bantuan Pim (Primrata Dechudom), Mhen (Petchai Wongkamlao) dan para penduduk desa Kana Khone, Tien mengalami reinkarnasi. Ia lalu mendalami meditasi yang dipandu Prha Bua (Nirutti Sirijuanya) sehingga mencapai 'Nathayut'.

Kemampuan tarung Tie kembali diuji saat menghadapi lawan-lawannya, antara lain Penjaga Raja Seragam Emas (Supakorn Kijusuwan), para pembunuh berbaju hitam dan Bhuti Shangka (Dan Chupong), sang 'hantu gagak' di film kedua.


Behind The Scene

-Walau pembuatan 'Ong Bak 2' mengalami kendala keterlambatan, over budget dan sempat kolapsnya Tony Jaa di tengah produksi, proses pembuatan film ketiga berjalan untuk rilis di tahun 2010.

-Salah satu highlight film ini adalah saat tokoh Tien disiksa secara ekstrim dan hancur tangan dan kakinya. Di sinilah kemampuan Tony Jaa dan Panna Rittikrai untuk membuat koreografi adegan 'pertarungan tanpa sendi-sendi tulang' diuji.

-Footage sisa dari film kedua akan dimasukkan di film ini, untuk menjembatani cerita.

- Di pasar film American Film Market 2009, dikonfirmasikan bahwa Tony Jaa akan mendapat titel sutradara sendiri.

- Poster yang dirilis memberi hint menarik : Tony Jaa vs Tony Jaa

- Prachya Pinkaew yang menyutradarai 'Ong Bak' & 'Tom Yam Goong' tidak diajak menyutradarai kembali karena ia sendiri sedang sibuk mempersiapkan
'Ta Bang Marn' yang akan menghadirkan all out female martial arts film.